Pernahkah kalian merasa diabaikan/dicuekin atau bahkan memang diabaikan dan dicuekin
Nah pas sekali kalian membaca artikel ini karena saya akan memberikan inspirasi agar kalian bisa sabar dan tegar meski sulit menghadapi cinta
Ada sebatang pohon jeruk yang tetap berdiri kokoh dan tegar meski
diabaikan pemiliknya. Entah termasuk jenis jeruk apa membuat pemiliknya
menelantarkannya lantaran buahnya yang tak bisa dimakan seperti jeruk
pada umumnya.
Begitulah pohon jeruk itu terpaksa hanya mengandalkan datangnya hujan
yang akan memberinya kesegaran dan membuatnya bertahan. Kendati diterpa
teriknya sinar matahari apalagi di musim kemarau yang minus hujan
tetapi pohon jeruk itu tetap berdiri tegar, berbunga dan berbuah.
Walaupun buahnya hanya menunggu kuning untuk kemudian membusuk dan jatuh
ke tanah, namun pohon jeruk itu tetap berbuah dan terus berbuah.
Masalahnya bisakah kita seperti pohon jeruk tersebut yang tetap tegar
meski diabaikan dan diterlantarkan? Ketika kita merasa diabaikan dan
diterlantarkan, ada perasaan sakit hati diikuti kekecewaan dan
keputus-asaan yang ujung-ujungnya membuat kita jadi membenci bahkan
mendendam orang-orang yang telah mengabaikan kita. Ketika kita merasa
diacuhkan dan tidak diperhatikan, ada rasa keterpurukan yang membuat
kita mulai mengasingkan diri atau membuat jarak dengan ‘arena’ yang
tidak menyenangkan itu. Akhirnya kita bukannya bersikap tegar malahan
kita berusaha menghindar dan lari dari kenyataan. Bukannya menghadapi
kita malah bersikap pengecut dan kehilangan kendali.
Padahal situasi yang tidak menyenangkan itu semestinya melahirkan
sebuah ketegaran dan keberanian untuk menghadapinya secara konsekuen dan
ksatria. Memang sama sekali tidak menyenangkan ketika kita diabaikan
ataupun diterlantarkan orang lain. Apalagi ketika perasaan diabaikan dan
diterlantarkan itu justru muncul ketika kita lagi butuh dukungan atau
perhatian ekstra besar.
Sekalipun mungkin hanya merasa diabaikan dan diterlantarkan padahal
kenyataannya tidak begitu, tetap saja keadaan sedemikian akan membuat
kita merasa tidak enak dan nyaman. Seperti ketika kita merasa diabaikan
atau dianak-tirikan oleh orangtua kita. Ketika kita merasa ‘terbuang’
di lingkungan sekitar kita. Dan kita jadi merasa sepertinya dunia tak
lagi membutuhkan kehadiran kita.
Padahal jikalau kita mencoba untuk berpikir lebih bijaksana, maka
kita akan melihat sesungguhnya begitu banyak yang kita abaikan selama
ini. Lihatlah rumput ilalang yang terus tumbuh meski manusia bahkan kita
sendiri tak pernah memperdulikannya. Atau mereka yang kebetulan kurang
bernasib baik karena harus menderita cacat fisik atau mental tetapi
masih tetap bersemangat melanjutkan hidupnya.
Dan masih begitu banyak mereka yang tertindas mengalami nasib tragis
namun tidak pernah menyerah untuk terus meniti hidupnya dengan tabah dan
tegar. Bukankah hidup kita memang tak perlu dibangun di atas kepedulian
orang lain, melainkan sepatutnya dibangun di atas kepedulian kita
meniti hidup ini dengan sebaik-baiknya sehingga menjadi bermakna?
TAK PERLU MERASA TERABAIKAN KARENA ADA TUHAN YANG TAK PERNAH MENGABAIKAN KITA
Merasa diabaikan atau memang benar-benar tak dipedulikan tak harus
membuat kita langsung menyerah dan putus asa. Tak ada alasan untuk
kemudian mengabaikan hidup kita hanya karena kita diterlantarkan atau
diabaikan. Bukankah Tuhan tak pernah menelantarkan atau mengabaikan
kita? Bukankah Tuhan setiap saat senantiasa mempedulikan dan
memperhatikan kebutuhan kita? Tuhan tak pernah menelantarkan
ciptaan-Nya. Lihat saja rumput ilalang yang tetap tumbuh meski manusia
tak pernah menghargai atau mempedulikannya.
Bukankah sebatang pohon yang buahnya tak bisa dimakan atau serumpun
bunga liarpun tetap memperoleh curahan kasih Tuhan lewat tetes-tetes air
hujan yang membuatnya tetap hidup dan bertahan? Dan masih begitu banyak
saudara-saudara kita yang tidak bernasib baik tetapi tetap bisa
bertahan hidup karena Tuhan tak pernah lalai mengasihi mereka.
Kita mesti meyakini kebesaran rahmat kasih Tuhan yang senantiasa
peduli dan memberkahi hidup kita. Dan masih begitu banyak uluran kasih
dari orang-orang di sekeliling kita yang tak pernah bosan mengasihi
kita. Adakah lagi alasan bagi kita untuk kecewa, putus asa dan terpuruk
padahal kita memiliki begitu banyak berkah kasih yang dilimpahkan kepada
kita? Bahkan langit, bumi, dan seisi dunia inipun senantiasa memberikan
budi jasanya kepada kita. Kalau benar tak ada yang sama sekali peduli
pada kita bukankah kita sudah terpinggirkan selama ini? Bahkan sekalipun
memang benar-benar tak ada lagi yang mau mempedulikan diri kita,
percayalah ada Tuhan yang tidak pernah menelantarkan kita.
Bukankah hidup kita memang tak perlu dibangun di atas kepedulian
orang lain, melainkan sepatutnya dibangun di atas kepedulian kita meniti
hidup ini dengan sebaik-baiknya sehingga menjadi bermakna?
SAAT DIABAIKAN ADALAH SAAT-SAAT KITA MULAI BELAJAR….
Mungkin kita alpa menyadari bahwa saat diabaikan adalah saat-saat
bagi kita untuk belajar banyak. Kita belajar untuk lebih berlapang dada
menerima kenyataan yang menyakitkan ini. Kita belajar untuk lebih tabah
dan tegar menghadapi apa yang terjadi. Kita belajar untuk semakin rendah
hati dan menuntut diri sendiri berinstropeksi diri secara tuntas
sekaligus merombak diri. Bukankah semuanya itu adalah hal-hal positif
yang bisa menambah keberhargaan hidup kita sekalipun kenyataannya kita
diabaikan atau diterlantarkan?
Bukan sebaliknya kita malah bersikap tak bisa menerima kenyataan,
menuduh atau menyalahkan sana-sini, berpikiran negatif dan membenci,
yang ujung-ujungnya hanya membuat kita menderita sekaligus membuat
hubungan dengan sesama semakin buruk saja. Akhirnya kita malah menambah
musuh padahal sebetulnya sebabnya hanya sepele saja atau bahkan tidak
ada. Bukankah tidak tertutup kemungkinan bahwa ketika kita merasa
diabaikan tetapi ternyata semua itu hanya perasaan kita saja dan
kenyataannya sama sekali tidak begitu? Kalau demikian bukankah kita
sendiri yang rugi karena kita justru membuat karma baru dengan menambah
deretan orang-orang yang kita benci?
Jadi ketika kita diabaikan, ditelantarkan, dipinggirkan dan sama
sekali tak ada orang yang mau mendukung ataupun mempedulikan kita,
marilah kita segera berinstropeksi diri secara Nurani. Kalau memang
kekeliruan berada di pihak kita maka akuilah secara ksatria dan berusaha
memperbaikinya. Sebaliknya jikalau memang kita sedang diuji maka
terimalah segalanya dengan lapang dada, tabah dan tegar. Belajarlah
untuk lebih berpasrah diri kepada Tuhan dan biarkanlah rencana Tuhan
yang indah menghiasi hidup kita. Dengan begitu kita akan semakin tegar
menjalani hidup ini meski diabaikan dan ditelantarkan.
HIDUP YANG BERHARGA ADALAH KETIKA KITA TIDAK MENGABAIKAN NURANI KITA
Meski diabaikan tak lantas membuat kita menjadi putus asa dan
mengabaikan Hati Nurani kita. Kebencian, sakit hati dan dendam hanya
membuat kita semakin menelantarkan suara Nurani kita. Jangan sampai
segala kilesa itu membuat kita berpaling dari Hati Nurani kita.
Bagaimanapun hidup yang berharga adalah ketika kita sama sekali tidak
mengabaikan Nurani kita.
Orang boleh saja mengabaikan kita dan tidak mempedulikan kita. Yang
penting kita tidak mengabaikan Nurani kita dengan tetap mempedulikan
sesama dan tidak merasa sakit hati meski diabaikan. Tak ada pekerjaan
yang hina di dunia ini yang ada hanyalah ketika kita mengabaikan Nurani
kita dengan berbuat tak sesuai kebenaran. Tak ada penderitaan yang lebih
hebat selain ketika kita mengabaikan Nurani kita dengan berbuat tak
sesuai kebenaran. Jangan biarkan hidup kita didikte orang lain atau
hanya bergantung pada penilaian dan kepedulian orang lain kepada kita.
Sebaliknya marilah kita lebih mempedulikan sesama tanpa pamrih dan
tuntutan.
Orang lain boleh tidak mempedulikan kita, menelantarkan kita,
mengabaikan kita, tetapi kita tetap memperhatikan dan mempedulikan
mereka. Tidak membalas dengan perlakuan serupa barulah berjiwa besar
seperti Tuhan. Bisa berlapang dada menerima semuanya, tabah dan tegar
sekalipun diabaikan. Inilah nilai plus dalam hidup kita yang membuat
hidup kita semakin berharga karena kita tidak mengabaikan Hati Nurani
kita.
Singkatnya marilah kita memperindah hidup kita dengan membuang segala
prasangka dan bersikap lebih tegar meski diabaikan. Belajar seperti
rumput ilalang yang tetap tegar meski tak ada yang mempedulikannya.
semoga bermanfaat kawan :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Catatan Inspirasi Untuk Cinta"
Posting Komentar